Kamis, 18 Oktober 2012

Lembu Ajaib

Alkisah, ada seorang petani yang sangat miskin di India yang memiliki lembu bernama Nandiwisala. Petani ini bekerja sangat keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi kadang hujan tak turun, ada juga masa ketika benihnya tidak bagus, dan lebih sering lagi ketika ia mendapat panen yang baik, pedagang di desa setempat memerasnya.
Para pedagang di desa pada zaman itu hanya mencari keuntungan sendiri dan mengeksploitasi orang-orang seperti petani miskin ini.

Setelah melalui tahun-tahun yang sangat sulit, petani itu sangat tertekan. Rasanya begitu sulit harus membanting tulang untuk menyokong keluarganya. Ia duduk di bawah pohon, murung, ketika ia merasakan ada hidung lembab mengenai wajahnya. Ternyata itu lembunya. Lembu itu berkata,”Tuan, aku bisa membantu Tuan.” Petani itu terkejut. “Apa?! Kamu bisa bicara?”

Lembu itu berkata,”Ya, Tuan, aku bisa bicara. Aku sudah memperhatikan Tuan sejak lama, menarik bajak buat Tuan, dan aku pun lelah. Aku tak mau menghabiskan hidup menarik bajak. Aku ingin pensiun juga dan aku punya rencana.”

Lalu lembu itu melanjutkan,”Rencananya begini: aku ini lembu yang sangat kuat. Pergilah kepada pedagang yang selalu memeras Tuan selama bertahun-tahun itu dan bertaruhlah 10.000 dolar, bahwa aku mampu menarik 100 kereta yang diikat bersama dan dimuati batu.”

Petani itu berkata,”Kamu tak akan mampu melakukannya.”

Lembu itu berkata,”Aku tahu kemampuanku! Pergilah dan pertaruhkan 10.000 dolar!”

“Tapi aku tidak punya 10.000 dolar,” ujar petani.

“Tuan tidak perlu 10.000 dolar. Tuan pasti menang!” tegas Nandiwisala.

Maka petani itu pun menemui pedagang. “Aku bertaruh 10.000 dolar bahwa lembuku mampu menarik 100 kereta yang diikat bersama dan dimuati batu.”

Pedagang berkata,”Auw, jangan konyol! Mana ada lembu yang bisa begitu?”

“Lembuku bisa! 10.000 dolar!” tantang petani.

Pedagang itu berpikir,”Petani ini begitu tolol, ini sasaran empuk. Aku tahu ia tak punya 10.000 dolar, tapi aku bisa menyita tanahnya dan itu lumayan berharga.” Maka ia berkata,”Oke. Setuju!”

Karena mereka membutuhkan 100 kereta, mereka harus meminjam kereta dari setiap orang di desa, sehingga setiap orang keluar dan menyaksikan apakah lembu ini mampu begitu kuat menarik 100 kereta yang penuh dengan batu.

Ketika mereka telah mengikat seluruh kereta itu bersama dan memuatinya dengan batu, mereka mengikatkan lembu besar itu ke kereta paling depan. Lalu petani itu mendekati lembunya dan berkata,”Ayo! Tarik kereta itu!”

Namun lembu itu tak bergerak. “Ayo, kamu lembu bodoh! Tarik!” Lembu itu tak bergeming. Petani lalu mengambil tongkat dan memukul lembu itu,”Ayo, tarik! Jika tidak, aku akan kehilangan segalanya!”

Lembu itu tetap tak bisa melakukannya. Semua orang mulai menertawakannya. Petani itu pun mulai menangis. Tak ada lembu yang mampu menarik kereta sebegitu beratnya. Ia merasa hatinya hancur, segalanya hancur, ia kehilangan segalanya. Ia lalu duduk di bawah pohon dan menangis.

Beberapa menit kemudian, ia merasakan hidung lembab menempel di wajahnya. “Mengapa Tuan menangis?” tanya Nandiwisala.

“Karena kamu! Kamu bilang kamu menarik 100 kereta dan ternyata tidak bisa!”

“Oh, aku bisa,”

“Tidak, kamu tidak bisa!”

“Aku bisa!”

“Kalau begitu, kenapa kamu tidak menariknya?”

“Karena Tuan membentakku. Tuan bilang aku bodoh dan Tuan memukulku. Bukan begitu caranya memperlakukan seorang teman,” ujar lembu itu.

“Tak usah disesali, aku punya rencana. Kembalilah pada pedagang itu dan kali ini pertaruhkan 20.000 dolar bahwa aku, Nandiwisala, mampu menarik kereta itu. Namun, kali ini perlakukan aku dengan lembut.”

Petani itu cukup cerdas untuk memahami pesan lembunya. Maka, ia kembali ke pedagang itu dan berkata,”Aku bertaruh 20.000 dolar!” Lalu pedagang itu berpikir,”Petani ini sangat tolol,” lalu menjawab,”Oke. Keretanya masih di sana, mari taruhan 20.000 dolar!”

Mereka mengikat lembu itu ke kereta pertama dan semua orang menontonnya.

Kali ini petani berkata,”Lembu sayang, lembu baik, jika tidak terlalu merepotkan bagimu, bisakah kamu menarik kereta-kereta ini sedikit saja? Tapi jika ini terlalu merepotkan, tidak usah pedulikan.”

Kemudian lembu itu mengerahkan segenap ototnya, sampai matanya melotot keluar. Ia berjuang keras, menarik dan menarik! Anda tahu apa yang terjadi?

Tidak bergerak! Terlalu berat! Tak ada lembu yang mampu menarik begitu banyak kereta.

Petani  itu mengatakan,”Oh… jangan khawatir. Sudahlah, hentikan saja…”

Namun lembu itu malah berjuang makin keras. Ia menarik dan menghela sedemikian rupa hingga peluhnya bercucuran. Anda tahu apa yang terjadi?

Tidak bergerak sama sekali! Petani berkata,”Hentikan! Kamu bisa terbunuh! Tak peduli apakah kita miskin atau melarat, kita masih saling memiliki dan mengasihi. Sudah… biarkan saja, jangan berusaha lagi. Aku tak mau kamu terluka!”

Dan… karena begitu besar kasih sang petani, lembu itu mengerahkan setiap otot dan tenaganya, bukan hanya di tubuhnya, tetapi juga dari hatinya. Ia menarik sedemikian rupa sampai tak ada lembu lain yang pernah menarik sekeras itu karena cinta tuannya kepadanya. Anda tahu apa yang terjadi?

Poros roda kereta pertama bergerak, lalu ketika gesekan semakin berkurang, kereta lainnya mulai tertarik dan bergerak. Dalam waktu singkat, kereta terakhir ditarik sampai ke tempat kereta terdepan pertama kali berada. Petani ini pun memenangkan 10.000 dolar yang cukup untuk pensiun dan hidup bahagia bersama lembu kesayangannya.

Seperti itulah kekuatan cinta.


Sumber: “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3!” oleh Ajahn Brahm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar