Bagi teman-teman yang bekerja di
perusahaan retail/manufaktur/trading/auditor (eksternal/internal), pasti sudah familiar
dengan istilah ini. Bagi yang masih belum ada gambaran akan dikupas satu per satu pertanyaan yang awam mengenai stock opname, mulai dari apa itu stock opname? Bagaimana cara melakukan stock opname?
Bagaimana cara menentukan sample untuk stock opname?
Apa itu Stock Opname?
Sumber: https://s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/jurnal-blog-assets/ |
Tujuan dari stock opname adalah untuk mengetahui kebenaran pencatatan persediaan perusahaan, apakah jumlah yang tercatat sesuai dengan keadaan fisiknya. Kegiatan ini merupakan bagian dari sistem pengendalian internal (internal control) perusahaan.
Sumber: https://4.bp.blogspot.com/ |
Setelah usut punya usut, ternyata
penyebab selisih adalah adanya 70.000 buah sparepart yang hilang, 20.000 buah
sparepart sebenarnya sudah terjual dan dikirimkan ke customer tetapi belum dicatat pengeluarannya oleh warehouse, dan 10.000 lainnya ternyata
sudah berkarat dan tidak dapat digunakan dalam proses produksi. Lalu, apa yang
harus dilakukan?
Jika demikian halnya, maka PT A
hanya dapat mengakui jumlah sparepart-nya sebanyak 900.000 buah. Pada sistem
perusahaan, 70.000 buah sparepart yang hilang harus ‘dibuang’ alias dicatat
sebagai beban (expense). Untuk
sparepart yang hilang ini, manajemen biasanya akan mengambil tindakan, misalnya
menyelidiki apakah terdapat kecurangan dari karyawan perusahaan ataupun
meningkatkan sistem keamanan gudang (warehouse)
untuk tempat penyimpanan sparepart. Bayangkan jika 1 buah sparepart bernilai Rp
10.000, maka kehilangan 70.000 buah sparepart berarti harus kehilangan
persediaan sebesar Rp 700.000.000!
Jurnal penyesuaian alias adjusting entry-nya kira-kira akan seperti
ini:
(Debit) Beban Kehilangan Persediaan 700.000.000
(Kredit) Stok / Persediaan Sparepart 700.000.000
Setelah itu, 20.000 buah sparepart
yang sudah terjual dan belum tercatat pengeluarannya dalam sistem tentunya akan
di-adjust ke dalam jumlah stok di warehouse serta dibuatkan jurnal
penyesuaian (adjusting entry) untuk
mencatat pengeluaran barang secara akuntansi. Simplenya, secara kuantitas
barang, jumlah sparepart tersebut akan dikurangi sebanyak 20.000 pcs di pencatatan
warehouse, lalu secara nominal barang, akan dibuatkan adjusting entry
untuk mencatat nominalnya. Jika nilai 1 buah sparepart seharga Rp 10.000,
berarti adjusting entry-nya kira-kira
begini:
(Debit) Harga Pokok Penjualan 200.000.000
(Kredit) Stok / Persediaan Sparepart 200.000.000
Lalu apa yang terjadi dengan 10.000
buah sparepart yang ternyata sudah berkarat dan tidak dapat digunakan dalam
proses produksi? Tentu saja sudah tidak bisa dicatat sebagai stok atau
persediaan. Jadi harus ‘dibuang’ juga seperti halnya sparepart yang hilang
tadi.
Penjelasan atas selisih stock opname |
3 contoh penyebab selisih tersebut
hanyalah segelintir dari sekian banyak penyebab selisih pada saat dilakukan
stock opname.
Bagaimana metode penghitungan dalam stock opname?
Hal ini tergantung dari jenis stok
yang mau di-opname serta bagaimana perusahaan menggunakan satuan standar untuk
menghitung stok. Jika stok berbentuk padat dan dihitung
dengan unit/pcs, misalnya ban mobil/sparepart/botol obat/baju/dsb, maka kita
tinggal menghitung seperti biasa. Lebih bagus lagi jika stok tersebut masih
dalam kemasan/packaging utuh sehingga
kita tinggal menghitung per packaging-nya.
Misalnya 1 palet terdiri dari 9 box obat dan 1 box obat terdiri dari 30 botol
obat. Maka kita tinggal menghitung paletnya, sehingga 1 palet = 9 box x 30
botol obat = 270 botol obat. Jika ada 10 palet, jadi 10 x 270 botol obat =
2.700 botol obat. Jika terdapat botol obat yang diecer dalam jumlah satuan,
tidak dalam bentuk palet/box yang masih utuh, kita tinggal menghitung ada
berapa botol obat. Sepengalaman saya sebagai auditor eksternal, auditor (baik
eksternal maupun internal) akan mengecek secara acak packaging yang masih utuh dan memastikan bahwa packaging yang ada tidaklah bodong alias cuman ada kemasannya tapi
tidak ada barangnya.
Sumber: https://blog.hellobill.id/ |
Saya mau sharing mengenai cara menghitung minyak dalam tangki. Kolega saya di KAP pernah memiliki klien perkebunan kelapa sawit dan stok mereka adalah minyak kelapa sawit yang disimpan dalam tangki. Oleh karena itu, pada saat stock opname, auditor akan memanjat ke atas tangki dan mencelupkan seutas benang ke dalam tangki. Setelah benang tersebut diangkat, tinggi benang yang tercelup di dalam tangki akan diukur dan dicatat. Misalnya benang yang tercelup adalah sepanjang 10 meter, jika dikalikan dengan volume tangki, maka akan didapatkan berapa volume minyak yang ada di dalam tangki tersebut.
Biasanya stock opname yang dilakukan
oleh auditor eksternal menggunakan sample, kecuali jika terdapat concern khusus misalnya risiko
kehilangan yang tinggi atas persediaan atau diinstruksikan secara khusus untuk melakukan
stock opname atas seluruh persediaan perusahaan.
Saya akan menjabarkan 2 macam proses
pemilihan sample untuk stock opname:
1. Overstatement Test (List to Floor)
Prosedur ini bertujuan untuk menguji apakah persediaan yang tercatat di sistem perusahaan sesuai dengan jumlah aktualnya. Pemilihan sample diambil dari listing persediaan lalu dicocokkan dengan jumlah persediaan actual di lapangan. Testing ini menguji asersi audit existence yaitu apakah persediaan yang tercatat di listing benar-benar exist alias ada secara fisik.
2. Understatement Test (Floor to List)
Prosedur ini bertujuan untuk menguji apakah listing persediaan perusahaan sudah lengkap dan mencakup seluruh persediaan di lapangan. Pemilihan sample diambil dari item persediaan yang ada di lapangan (biasanya diambil secara random), lalu dicocokkan apakah item tersebut sudah masuk di listing persediaan dan jumlahnya sesuai. Testing ini menguji asersi audit completeness yaitu apakah persediaan yang tercatat di sistem perusahaan sudah tercatat seluruhnya.
Sumber: https://www.jtanzilco.com/ |
Kenapa Stock Opname Dilakukan Tengah Malam?
Bagi yang bekerja di perusahaan
retail atau manufaktur yang proses produksinya tidak bisa dihentikan sementara,
baik pekerja maupun auditor yang mengaudit pasti pernah mengalami hal tersebut.
Sebenarnya apa sih hikmah dari begadang untuk stock opname?
Stock opname idealnya dilakukan pada
saat tidak ada keluar-masuk barang di warehouse
dan di sistem sehingga memudahkan proses penghitungan dan kontrol pada saat
stock opname berlangsung. Biasanya, perusahaan akan menyisihkan 1 hari khusus
untuk melakukan stock opname, dimana sistem di warehouse akan di-freeze atau distop sementara dan para karyawan serta auditor akan melakukan stock opname mulai dari pagi
hari.
Untuk perusahaan retail, seperti
supermarket atau toko baju, proses keluar-masuk barang akan terhenti pada saat
toko tutup. Oleh karena itu, umumnya untuk perusahaan tersebut, stock opname
akan dimulai pada malam hari, pada saat sudah tidak ada lagi pelanggan yang
memasuki toko.
Bagaimana dengan perusahaan yang
proses produksinya tidak bisa dihentikan sementara? Kolega saya di KAP dulu
pernah melakukan stock opname di kliennya yang merupakan salah satu pabrik ban terbesar
di Indonesia. Proses produksinya dilakukan 24 jam. Jika proses produksi
dihentikan sementara, untuk menyalakan kembali mesin akan memakan waktu yang
cukup lama sehingga akan menghambat proses produksi karena pabrik harus tetap ‘kejar
target’ demi memenuhi pasokan stok untuk permintaan customer. Oleh karena itu, stock opname akan dilakukan pada saat ‘cutoff’ alias pisah batas dimana stok
yang dihitung adalah stok yang sudah diproduksi pada pukul 00.00. Stok yang
diproduksi lewat dari pukul 00.00 akan dianggap sebagai stok periode
selanjutnya dan tidak dihitung.
Sumber: https://www.thedailymeal.com/ |
Bagaimana dengan perusahaan yang tutup
buku per tanggal 31 Desember tetapi stock opnamenya dilakukan sebelum atau
sesudah tanggal tersebut? Tenang saja, auditor tak kurang akal.
Auditor akan melakukan prosedur roll-forward, dimana auditor akan meminta list persediaan per tanggal stock opname, lalu meminta mutasi
keluar-masuk barang mulai dari tanggal stock opname hingga tanggal tutup buku.
Jadi kalau stock opname dilakukan pada tanggal 27 Desember, auditor akan
meminta list persediaan pada tanggal tersebut lalu meminta mutasi serta dokumen
pendukungnya pada tanggal 27 hingga 31 Desember untuk memastikan stok yang
telah dihitung nantinya akan cocok dengan yang dicatat di sistem per 31
Desember. Bila stok opname dilakukan 2 Januari tahun depannya, ya tetap minta
list persediaan pada hari tersebut serta mutasi dan dokumen pendukung untuk tanggal
31 Desember hingga 2 Januari.
Sumber: https://zahiraccounting.com/ |
Hal-hal Lain yang Perlu Diperhatikan
Sebagai auditor, kita tidak hanya berkutat
dengan penghitungan angka. Kita pun perlu memperhatikan aspek-aspek lain
terkait dengan warehouse atau stok
persediaan itu sendiri yang bisa menimbulkan potensi kerugian di masa
mendatang, antara lain:
1. Sistem Keamanan Warehouse
Hal ini
penting untuk diperhatikan, mulai dari apakah ada pembatasan akses dimana karyawan
yang berkepentingan saja yang bisa memasuki warehouse,
apakah terdapat pengamanan pada warehouse,
apakah terdapat sistem absensi untuk karyawan pabrik/warehouse yang sedang bertugas.
Warehouse yang sistem keamanannya
tidak baik tentu saja akan rawan kehilangan atau kecolongan sehingga berpotensi
menimbulkan kerugian di masa mendatang.
Tembok yang
retak atau atap yang bocor bisa saja menimbulkan kerugian jika retakan atau
cucuran air dari atap menimpa stok persediaan yang mengakibatkan stok tidak
bisa dijual. Selain itu, beberapa jenis barang seperti sparepart yang terbuat
dari besi yang dapat berkarat atau cairan yang memerlukan penyimpanan di suhu
tertentu membutuhkan penyimpanan yang memadai sehingga dapat menjaga kelangsungan
masa pakai dari barang tersebut.
Selain itu,
stok slow-moving alias stok yang
sudah lama tidak ada keluar-masuk pun (biasanya selama 1 tahun) perlu di-opname
secara khusus untuk memastikan bahwa stok tersebut masih dapat digunakan dan
belum perlu dibuang. Meskipun umumnya perusahaan sudah membuat pencadangan
untuk membebankan stok semacam ini, terkadang ada perusahaan yang masih menjaga
sebagian stok slow-moving-nya dan
belum membebankan sepenuhnya karena stok tersebut memiliki masa pakai yang cukup
lama dan dapat berguna di kemudian hari.
3. Adanya sistem penyimpanan stok persediaan
yang terorganisir
Stok yang tersusun asal-asalan dan
tercampur aduk jenisnya tentu akan menyulitkan proses stock opname. Auditor
tidak dapat meyakini proses penghitungan stok telah dilakukan secara memadai.
Selain itu, hal ini pun menghambat proses operasional perusahaan itu sendiri,
dimana stok yang tidak terorganisir dengan baik berpotensi hilang atau rawan kecolongan
karena sulit untuk dikontrol.
Aspek-aspek yang disebutkan di atas adalah
hal yang umumnya ditemui dan diperhatikan dalam proses stock opname. Jika
terdapat finding atau temuan yang
menjadi concern perusahaan di kemudian
hari, hal tersebut akan dituangkan ke dalam Management
Letter untuk auditor eksternal maupun Internal
Audit Report untuk auditor internal, dengan harapan perusahaan akan membuat
remediasi atau perbaikan atas finding
dari auditor tersebut.
***
Kurang lebih inilah gambaran
mengenai stock opname yang dilakukan oleh para auditor. Sebenarnya banyak hal yang
bisa dikupas, tetapi tentunya tidak akan habis hanya dalam media blog. Semoga
bisa memberikan pemahaman mengenai stock opname dan dunia audit. Salam! 😀
***
Casino Player Ratings | DRMCD
BalasHapusCasino Player 나주 출장샵 Ratings There are no reviews yet, and you can 제천 출장샵 try to find 아산 출장안마 the best casino 익산 출장샵 website for you. Rating: 2.5 · Review 용인 출장마사지 by DrmCD