Para
pedagang di desa pada zaman itu hanya mencari keuntungan sendiri dan
mengeksploitasi orang-orang seperti petani miskin ini.
Setelah melalui tahun-tahun yang
sangat sulit, petani itu sangat tertekan. Rasanya begitu sulit harus membanting
tulang untuk menyokong keluarganya. Ia duduk di bawah pohon, murung, ketika ia
merasakan ada hidung lembab mengenai wajahnya. Ternyata itu lembunya. Lembu itu
berkata,”Tuan, aku bisa membantu Tuan.” Petani itu terkejut. “Apa?! Kamu bisa
bicara?”
Lembu itu berkata,”Ya, Tuan, aku
bisa bicara. Aku sudah memperhatikan Tuan sejak lama, menarik bajak buat Tuan,
dan aku pun lelah. Aku tak mau menghabiskan hidup menarik bajak. Aku ingin pensiun
juga dan aku punya rencana.”
Lalu lembu itu
melanjutkan,”Rencananya begini: aku ini lembu yang sangat kuat. Pergilah kepada
pedagang yang selalu memeras Tuan selama bertahun-tahun itu dan bertaruhlah
10.000 dolar, bahwa aku mampu menarik 100 kereta yang diikat bersama dan
dimuati batu.”
Petani itu berkata,”Kamu tak akan
mampu melakukannya.”
Lembu itu berkata,”Aku tahu
kemampuanku! Pergilah dan pertaruhkan 10.000 dolar!”
“Tapi aku tidak punya 10.000
dolar,” ujar petani.
“Tuan tidak perlu 10.000 dolar.
Tuan pasti menang!” tegas Nandiwisala.
Maka petani itu pun menemui
pedagang. “Aku bertaruh 10.000 dolar bahwa lembuku mampu menarik 100 kereta
yang diikat bersama dan dimuati batu.”
Pedagang berkata,”Auw, jangan
konyol! Mana ada lembu yang bisa begitu?”
“Lembuku bisa! 10.000 dolar!” tantang
petani.
Pedagang itu berpikir,”Petani ini
begitu tolol, ini sasaran empuk. Aku tahu ia tak punya 10.000 dolar, tapi aku
bisa menyita tanahnya dan itu lumayan berharga.” Maka ia berkata,”Oke. Setuju!”
Karena mereka membutuhkan 100
kereta, mereka harus meminjam kereta dari setiap orang di desa, sehingga setiap
orang keluar dan menyaksikan apakah lembu ini mampu begitu kuat menarik 100
kereta yang penuh dengan batu.
Ketika mereka telah mengikat
seluruh kereta itu bersama dan memuatinya dengan batu, mereka mengikatkan lembu
besar itu ke kereta paling depan. Lalu petani itu mendekati lembunya dan
berkata,”Ayo! Tarik kereta itu!”
Namun lembu itu tak bergerak.
“Ayo, kamu lembu bodoh! Tarik!” Lembu itu tak bergeming. Petani lalu mengambil
tongkat dan memukul lembu itu,”Ayo, tarik! Jika tidak, aku akan kehilangan
segalanya!”
Lembu itu tetap tak bisa
melakukannya. Semua orang mulai menertawakannya. Petani itu pun mulai menangis.
Tak ada lembu yang mampu menarik kereta sebegitu beratnya. Ia merasa hatinya
hancur, segalanya hancur, ia kehilangan segalanya. Ia lalu duduk di bawah pohon
dan menangis.
Beberapa menit kemudian, ia
merasakan hidung lembab menempel di wajahnya. “Mengapa Tuan menangis?” tanya
Nandiwisala.
“Karena kamu! Kamu bilang kamu
menarik 100 kereta dan ternyata tidak bisa!”
“Oh, aku bisa,”
“Tidak, kamu tidak bisa!”
“Aku bisa!”
“Kalau begitu, kenapa kamu tidak
menariknya?”
“Karena Tuan membentakku. Tuan
bilang aku bodoh dan Tuan memukulku. Bukan begitu caranya memperlakukan seorang
teman,” ujar lembu itu.
“Tak usah disesali, aku punya
rencana. Kembalilah pada pedagang itu dan kali ini pertaruhkan 20.000 dolar
bahwa aku, Nandiwisala, mampu menarik kereta itu. Namun, kali ini perlakukan
aku dengan lembut.”
Petani itu cukup cerdas untuk
memahami pesan lembunya. Maka, ia kembali ke pedagang itu dan berkata,”Aku
bertaruh 20.000 dolar!” Lalu pedagang itu berpikir,”Petani ini sangat tolol,”
lalu menjawab,”Oke. Keretanya masih di sana, mari taruhan 20.000 dolar!”
Mereka mengikat lembu itu ke
kereta pertama dan semua orang menontonnya.
Kali ini petani berkata,”Lembu
sayang, lembu baik, jika tidak terlalu merepotkan bagimu, bisakah kamu menarik
kereta-kereta ini sedikit saja? Tapi jika ini terlalu merepotkan, tidak usah
pedulikan.”
Kemudian lembu itu mengerahkan
segenap ototnya, sampai matanya melotot keluar. Ia berjuang keras, menarik dan
menarik! Anda tahu apa yang terjadi?
Tidak bergerak! Terlalu berat!
Tak ada lembu yang mampu menarik begitu banyak kereta.
Petani itu mengatakan,”Oh… jangan khawatir. Sudahlah,
hentikan saja…”
Namun lembu itu malah berjuang
makin keras. Ia menarik dan menghela sedemikian rupa hingga peluhnya
bercucuran. Anda tahu apa yang terjadi?
Tidak bergerak sama sekali!
Petani berkata,”Hentikan! Kamu bisa terbunuh! Tak peduli apakah kita miskin
atau melarat, kita masih saling memiliki dan mengasihi. Sudah… biarkan saja,
jangan berusaha lagi. Aku tak mau kamu terluka!”
Dan… karena begitu besar kasih
sang petani, lembu itu mengerahkan setiap otot dan tenaganya, bukan hanya di
tubuhnya, tetapi juga dari hatinya. Ia menarik sedemikian rupa sampai tak ada
lembu lain yang pernah menarik sekeras itu karena cinta tuannya kepadanya. Anda
tahu apa yang terjadi?
Poros roda kereta pertama
bergerak, lalu ketika gesekan semakin berkurang, kereta lainnya mulai tertarik
dan bergerak. Dalam waktu singkat, kereta terakhir ditarik sampai ke tempat
kereta terdepan pertama kali berada. Petani ini pun memenangkan 10.000 dolar
yang cukup untuk pensiun dan hidup bahagia bersama lembu kesayangannya.
Seperti itulah kekuatan cinta.
Sumber: “Si Cacing dan Kotoran
Kesayangannya 3!” oleh Ajahn Brahm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar